Krisis pangan merupakan
suatu keadaan dimana pangan akan menjadi suatu hal yang langka. Maksud langka
disini bahwa untuk mendapatkan pangan diperlukan suatu pengorbanan lebih untuk
mendapatkannya (red: mahal). Dampak langsung dan nyata akan dirasakan oleh kaum
papa. Dampak lainnya melemahnya ketahanan pangan nasional yang berujung pada
melemahnya ketahanan nasional.
Ancaman krisis pangan
pada setiap Negara juga ancaman terhadap ketahanan pangan suatu Negara tersebut
karena munculnya ketahanan pangan sebagai akibat dari adanya krisis pangan dan
kelaparan. Indikasi ketahanan pangan yaitu mengenai swasembada pangan dan
kecukupan pangan. Swasembada pangan yaitu pemenuhan
kebutuhan pangan yang berasal dari pasokan domestik dengan meminimalkan
ketergantungan pada perdagangan pangan. Dilain pihak konsep kecukupan pangan
sangat berbeda dengan konsep swasembada pangan, menuntut adanya kemampuan
menjaga pasokan tingkat nasional merupakan prakondisi penting dalam memupuk
ketahanan pangan dan stabilitas harga, salah satunya dengan mengimpor beras
untuk memenuhi kebutuhan nasional.
Media Finance Time
(dikutip dari detik.com) pernah mengatakan kekhawatiran kegagalan panen di
Amerika Serikat telah menggerakkan anggota G20 dan pejabat PBB untuk
mempertimbangkan pertemuan darurat membahas soal pasokan pangan pada september
lalu.
Financial Times mengutip seorang pejabat yang mengatakan rencana pertemuan itu bukan tanda kepanikan, melainkan mencerminkan kebutuhan dalam membentuk konsensus untuk menghindari terulangnya kerusuhan dan ketegangan pada 2007-2008 akibat melonjaknya harga pangan.
Financial Times mengutip seorang pejabat yang mengatakan rencana pertemuan itu bukan tanda kepanikan, melainkan mencerminkan kebutuhan dalam membentuk konsensus untuk menghindari terulangnya kerusuhan dan ketegangan pada 2007-2008 akibat melonjaknya harga pangan.
Krisis pangan bisa
mengancam setiap Negara tak terkecuali Negara adidaya seperti Amerika Serikat
karena faktor yang paling menentukan adalah cuaca. Walaupun faktor lain juga berperan seperti kenaikan harga minyak, naiknya
konsumsi biofuel berbahan baku tanaman pangan, kebijakan pengetatan ekspor
pangan, serta naiknya harga gandum. Dan kita tahu sendiri
keadaan cuaca dalam era yang masih mendengungkan efek pemanasan global ini
sangat dimungkinkan terjadinya perubahan cuaca. Seperti terjadinya kemarau
panjang di Amerika Serikat belakangan ini yang membuat harga jagung melambung
tinggi, curah hujan yang menurun terjadi di India yang mengakibatkan produksi
beras menurun, padahal India termasuk salah satu eksportir beras terbesar di
dunia. Harga gandum yang melambung karena kondisi cuaca panas yang berlagsung
lama di Eropa Timur.
Indonesia sendiri menurut
Menteri Pertanian Suswono tidak perlu khawatir akan peringatan FAO mengenai
krisis pangan yang akan melanda dunia yang menjadi perhatian di sini justru
kemungkinan terjadinya kemarau panjang (antaranews.com). Dari sinilah terlihat
pentingnya peran teknologi, disaat manusia tidak bisa merubah kehendak alam.
Teknologi yang berperan khususnya bioteknologi dan teknologi dalam pengolahan
pangan. Bioteknologi seperti rekayasa
genetik untuk menghasilkan tanaman padi varietas unggul yang tahan terhadap
cuaca ekstrim dan tahan hama bisa menjadi solusi dalam menghadapi kemarau
panjang. Dan solusi lain yang langsung bisa diterapkan yaitu teknologi dalam
pengolahan pangan.
Beberapa hasil dari
bioteknologi mungkin baru bisa dituai hasilnya setelah bertahun-tahun
penelitian tetapi untuk teknologi pengolahan pangan hasilnya bisa langsung
diaplikasikan dalam masyarakat. Fungsi utama dari teknologi pengolahan pangan
sendiri yaitu untuk mengoptimalkan bahan pangan yang sudah maupun yang belum
dikenal masyarakat guna memenuhi
kebutuhan pangan masyrakat yang kompleks. Terlihat disini upaya untuk
menghilangkan mindset yang sudah membudidaya
di Indonesia bahwa beras merupakan
satu-satunya tanaman pangan yang wajib dikonsumsi setiap orang. Istilah “belum
makan jika belum makan nasi” begitu mendarah daging seolah-olah menjadi tradisi
masyarakat Indonesia. Padahal, masih banyak potensi lokal yang bisa lebih baik
menggantikan beras seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, ganyong, millet, sorgum
dan lain-lain. Disamping itu, manfaat lain yang bisa diperoleh antara lain
diperoleh produk pangan dengan umur simpan yang lebih lama dan rasa yang lezat
serta kandungan gizi yang tidak banyak berubah. Adanya banyak alternatif pangan
lain yang dihasilkan dari modifikasi dan diversifikasi bahan pangan guna
mengantisipasi terjadinya krisis pangan. Suswono juga mengatakan bahwa target
pada tahun 2014 mengenai surplus 10 juta ton beras harus didukung dengan
penurunan konsumsi beras nasional (antaranews.com).
Alur komunikasi yang
baik diperlukan sebagai sarana dalam penyampaian berbagai temuan dalam dunia
pangan dan bioteknologi juga diperlukan. Ibarat ilmu tidak akan bermanfaat jika
tidak diamalkan. Komunikasi yang baik akan memunculkan rasa keterikatan untuk
menjalin kerjasama yang baik dengan berbagai pihak. Dengan harapan masyarakat
awam akan tahu, paham, dan kemudian mengaplikasikan ilmu tersebut dengan suka
cita. Seperti tema World Food Day 2012 “Agricultural Cooperatives - Key to
Feeding The World”
Selamat
Hari Pangan Dunia !!!
16
Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar